Jumat, 10 Juni 2011

Tempat-Tempat Itu, Dulu Dan Sekarang

Tempat-tempat itu, tempat di mana aku pernah tinggal sementara waktu, tempat di mana aku pernah bekerja di sana, tempat di mana aku sering mengunjunginya, atau tempat di mana aku sering melewatinya, antara dulu dan sekarang, masing-masing punya deskripsi sendiri-sendiri. Ada yang masih sama seperti dulu, meskipun waktu sudah belasan tahun berlalu, ada juga yang sudah berubah, dari yang berubah hanya sedikit saja, sampai yang telah berubah banyak, bahkan sampai yang perubahannya sangat mencolok sehingga menjadi berbeda sama sekali dengan apa yang terakhir kali aku lihat dulu.

  1. Sekitar Tempat Kosku (Pancoran, Jakarta Selatan)
Sekitar tahun 96-an, daerah sekitar tempat kosku dulu di Pancoran, Jl. Jend. Gatot Subroto, dekat lampu merah yang ada Patung Pancorannya, masih ada tanah kosong yang berada persis di pinggir jalan.  Tanah kosong tersebut adalah lahan yang cukup luas, yang hanya ditumbuhi rumput yang tidak terurus, yang luasnya kurang lebih satu kaveling, yang sekelilingnya hanya dipagari seng, yang bagian belakangnya berbatasan langsung dengan kompleks perumahan Bank Indonesia Pancoran. Saat ini tanah kosong tersebut sudah menjelma menjadi Gedung Bidakara. Salah satu gedung megah dan prestisius di kawasan tersebut. Lalu ada jalan masuk ke komplek BI yang berada persis di sebelah gedung tersebut, dulunya banyak dipenuhi pedagang kaki lima penjual makanan, tempat di mana aku biasa membeli makanan di situ. Yang biasa aku beli di situ, adalah Indomie rebus, roti panggang, bubur kacang hijau, kue lupis Betawi,  dan martabak. Sampai saat ini jalan tersebut masih ada, malah sudah menjadi sangat bagus dibandingkan dulu, hanya saja sudah bersih dari para penjual makanan dan penjual apapun yang biasa mangkal di situ.

  1. Gedung Samudera Indonesia, Slipi (Jl. Jend. S. Parman,  Jakarta Barat)
Sebelum pindah ke gedung yang sekarang berada di Jl. Jend. Sudirman, dulunya sampai tahun 2000-an, kantorku beralamat di Gedung Samudera Indonesia, Jl. Jend. S. Parman, Slipi, Jakarta Barat. Kalau sekarang aku lewat ke daerah tersebut, aku merasa pangling dengan keadaan sekarang yang berbeda jauh dengan keadaan dulu. Kiri kanan Gedung Samudera Indonesia, sudah sangat berubah. Yang dulunya hanya tanah kosong, sekarang sudah menjelma menjadi gedung tinggi dan apartemen mewah. Yang aku ingat sekali, di sebelah gedung itu, dulu ada komplek perumahan karyawan Bank Indonesia, sekarang pun masih ada. Di sebelahnya persis, ada toko yang lumayan besar, tokonya Fuji Image Plaza, tempat aku dulu sering ke situ untuk mencetak foto, membeli film, atau membeli batu baterei untuk kamera. Sekarang tempat itu telah berubah menjadi sebuah gedung berwarna kuning mencolok,sebagai kantornya DHL International Courier.
Jalan-jalan kecil di belakang Samudera Indonesia, di mana aku juga pernah ngekos di daerah situ, namanya Jl. Anggrek Cendrawasih, tidak berubah banyak. Rumah Asmuni pelawak Srimulat juga masih ada di situ. Di depan rumahnya masih dipakai berjualan makanan khas Surabaya, beberapa kali aku pernah makan siang di situ dulu.

  1. Hotel Borobudur Dan Sekitarnya (Jl. Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat)
Pertama kalinya aku mendapatkan pekerjaan di ibu kota, ya di Hotel Borobudur ini, meskipun hanya magang saja. Dibandingkan dulu (sekitar tahun 93-an), hotelnya sendiri tidak banyak berubah, hanya warna hotel yang dulu merah putih, sekarang didominasi warna putih saja. Di seberangnya, ada Lapangan Banteng, yang kondisinya sekarang sudah sangat berbeda dengan dulu. Yang paling mencolok adalah dengan keberadaan stage permanen yang sepertinya sengaja dibuat untuk menggelar suatu pertunjukan kesenian. Di bagian depan stage dibuat tempat duduk melingkar dari tembok yang pastinya diperuntukkan buat penonton pertunjukkan. Patung Pembebasan Irian Barat masih dengan gagahnya berdiri di sana. Di dekatnya ada gedung Departemen Keuangan RI, aku dulu suka makan siang di kantinnya. Dari Lapangan Banteng menuju Stasiun Gambir, yang juga menuju ke Gereja Imanuel, ada satu jalan bernama Jalan Pejambon, di mana dulu aku suka berjalan kaki sepanjang jalan itu, menuju halte bus di depan gereja. Rasanya tidak ada yang berubah, masih sama seperti dulu.

  1. Taman Suropati, Menteng (Jl. Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat)
Tempat ini sering aku kunjungi dulu, untuk sekedar melepaskan penat di sini sejenak, entah itu sepulang bekerja di sore hari menjelang malam sebelum akhirnya pulang ke tempat kos, atau pagi-pagi pas weekend untuk sekedar jogging atau menghirup segarnya udara pagi dengan berjalan santai mengelilingi seputar taman. Tempatnya teduh dan hijau karena banyak pepohonan besar menaunginya, indah juga karena ditumbuhi bunga-bungaan beraneka ragam, tidak ketinggalan ada 2 kolam air mancur yang juga menambah daya tarik dari taman tersebut. Semuanya masih tampak seperti dulu, di dalam taman, masih tegak berdiri beberapa patung artistik, gazebo, lampu-lampu taman yang menjulang tinggi, juga masih tetap berada di situ, sebuah pos polisi. Di dekat taman, ada rumah duta besar Amerika Serikat, sekelilingnya adalah rumah-rumah pejabat tinggi negeri ini, dan di sebelah pos polisi, ada sebuah halte bus. Yang berbeda adalah Patung Kartini yang dulu ditempatkan di Jl. Pangeran Diponegoro di depan Taman Suropati ini. Sekarang Patung Kartini ini sudah diganti dengan Patung Pangeran Diponegoro lengkap dengan kudanya. Yang lainnya yang berbeda adalah kalau dulu aku sering melihat beberapa penjual lukisan menjajakan lukisannya di area taman, sekarang sudah tidak pernah kelihatan lagi. Tentunya karena ada larangan berjualan di area taman tersebut.

  1. Gelanggang Soemantri Brojonegoro, Kuningan (Jl. H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan)
Dulu aku sering berenang di sini, selain karena lokasinya yang sangat dekat dengan tempat kosku waktu itu, juga harga tiketnya murah. Tidak heran karena dari segi lokasi bisa memungkinkan orang berdatangan dari mana-mana, juga karena harga tiket masuknya yang murah itu, kolam renang ini selalu dipenuhi pengunjung, saking banyaknya pengunjung yang berenang kelihatan seperti menyemut, air kolamnya sendiri di jam-jam ramai pengunjung, jadinya tidak begitu bersih lagi. Sekarang penampilan gelanggang olah raga ini sudah berbeda jauh dibandingkan dulu, menjadi lebih bagus dan rapi tentunya. Di sana, sekarang sudah ada pusat niaga, yang bisa juga disebut mall, namanya Pasar Festival. Namun, lapangan sepak bolanya sudah tidak ada. Waktu itu masih ada satu lapangan sepak bola.

  1. Taman Ria Senayan (Jl. Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat)
Di tahun 93-an, Taman Ria Senayan, yang berdekatan dengan komplek gedung DPR/MPR masih eksis. Beberapa kali aku pernah ke sana bersama pacar tentunya. Tempatnya sangat luas, berumput hijau, ditanami bunga-bunga serta pepohonan rindang yang menyejukkan. Di dalamnya juga ada sebuah danau di mana pengunjung bisa duduk-duduk di pinggirnya, malah kalau pas datang di sore hari, kita bisa sekalian menikmati panorama senja, memandang indahnya matahari yang akan tenggelam. Penjual makanan juga banyak bertebaran di sana. Saat ini tempat itu terbengkalai begitu saja. Hanya ada puing-puing bangunan, rumput-rumput ilalang yang tidak terurus, tidak tampak sama sekali bahwa dulu pernah menjadi salah satu tempat indah yang alami yang banyak didatangi warga ibu kota.

Sebenarnya masih banyak tempat-tempat yang lainnya yang ingin aku ceritakan di sini, tetapi rasanya daftarnya terlalu banyak, yang tidak memungkinkan aku untuk menceritakannya sekaligus secara bersamaan sekarang. Lain kali, dalam judul yang berbeda, pasti aku akan menceritakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar